BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Problem-Based Learning
atau Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai
sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan ini
mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk
membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Dalam
penerapan Problem-Based Learning guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah , walaupun
sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran
diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Perkembangan
siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga pada aspek afektif
dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Problem-Based Learning diharapkan dapat
memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
Dilihat
dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka Problem-Based Learning merupakan salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Tidak sedikit siswa yang
mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau
bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup memecahkan masalah.
Oleh
sebab itu, dengan mempelajari model Problem-Based
Learning guru diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi dan
mengatasi masalah yang ada pada dirinya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Problem-Based Learning ?
2. Apa
ciri-ciri Problem-Based Learning ?
3. Apa
tujuan Problem-Based Learning ?
4. Apa
unsur-unsur yang terdapat dalam Problem-Based
Learning ?
5. Apa
keunggulan dan kelemahan Problem-Based
Learning ?
6. Bagaimana
kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based
Learning ?
7. Bagaimana
tahapan pemecahan masalah dalam Problem-Based
Learning?
8. Bagaimana
sintaks pada Problem-Based Learning ?
9. Bagaimana
evaluasi pada Problem-Based Learning
?
1.3 Tujuan
Problem-Based Learrning
sangat
penting dipelajari oleh guru. Sehingga
dengan mempelajari strategi ini, guru mampu membantu siswa dalam mengatasi
masalah yang dihadapinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Problem-Based Learning
Pembelajaran
Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah
itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan
pembelajaran Problem-Based Learning adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting
dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Problem-Based Learning
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat
kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar
siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Problem-Based Learning
menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan
kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih diajak untuk
membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara
pada pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Problem-based
learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model
pembelajaran yang melibatknn siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah.
Untuk
mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan
masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas,
memunculkan masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan
penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh
karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran
ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Problem-Based Learning
atau pembelajaran berbasis masalah ini pada awalnya dirancang untuk program
bidang kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program
akademik kependidikan oleh Stepein Gallager. Problem-Based Learning ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi
kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang dalam di mana
pembelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya
dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran.
Model
Problem-Based Learning ini telah
dikenal sejak zaman Jhon Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai
populer. Sebab, jika ditinjau secara umum, Problem-Based
Learning terdiri atas penyajian kepada siswa, dari situasi masalah yang
otentik dan bermakna, yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran berdasarkan banyaknya permasalahan yang membutuhkan
pembelajaran yang autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian
nyata dari permasalahan tersebut.
Pengertian
Problem-Based Learning menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut
Dewey, Problem-Based Learning adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
2. Menurut
Arends seperti yang dikutif oleh Ibrahim dan M. Nur menyatakan bahwa: “Problem-Based Learning adalah merupakan
suatu pendekatan sekaligus model pembelajaran di mana siswa diajarkan
pembelajaran yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri”.
3. Menurut
Duch (1995), Problem-Based Learning adalah
metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan.
4. Menurut
Finkle dan Torp (1995), Problem-Based Learning merupakan
pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan
strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
5. Menurut
H.S. Barrows (1982), sebagai pakar Problem-Based
Learning menyatakan bahwa definisi Problem-Based
Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu baru.
6. Menurut
Suradijono (2004), Problem-Based Learning
adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Berdasarkan
pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Problem-Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang
mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok
untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah
digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari
suatu subyek. Problem-Based Learning
menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
2.2 Ciri-Ciri Problem-Based Learning
Ciri-ciri
utama Problem-Based Learning adalah
sebagai berikut.
1) Strategi
pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2) Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran
berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3) Pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris,
sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan
fakta yang jelas.
Ciri-ciri khusus Problem-Based
Learning adalah sebagai berikut.
1)
Pengajuan pertanyaan atau masalah, Problem-Based Learning diawali
dengan guru mengajukan pertanyaan dan masalah yang secara sosial dianggap
penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2)
Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain, meskipun Problem-Based Learning berpusat
pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah
yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam pemecahannya
siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
3)
Penyelidikan
autentik, Problem-Based
Learning menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata.
4)
Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya, Problem-Based Learning menuntut
siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan masalah yang
mereka temukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun
program komputer.
5)
Kerjasama
atau kolaborasi, Problem-Based
Learning mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun
keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling
memberikan motivasi dalam tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
2.3 Tujuan Problem-Based Learning
Tujuan
Problem-Based Learning adalah sebagai
berikut.
1) Membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
2) Belajar
peranan orang dewasa yang autentik.
3) Menjadikan
siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya
serta menjadi pembelajar yang mandiri.
4) Memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang
bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak
dan kompleks.
2.4 Unsur-unsur Problem-Based Learning
Problem-Based Learning
mempunyai beberapa unsur-unsur yang mendasar
pada pendidikan, yaitu:
1) Integrated Learning,
pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang pelajaran. Pembelajaran bersifat
menyeluruh melibatkan aspek-aspek perkembangan anak. Anak membangun pemikiran
melalui pengalaman langsung.
2) Contextual Learning,
yaitu anak belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupannya.
Anak merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya.
3) Constructivist Learning,
yaitu anak membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on experience).
4)
Active
Learning,
yaitu anak sebagai subyek belajar yang aktif menentukan, melakukan dan
mengevaluasi.
5)
Learning
Interesting, yaitu bahwa pembelajaran lebih menarik
dan menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam menentukan masalah.
2.5 Keunggulan dan Kelemahan Problem-Based Learning
2.5.1 Keunggulan Problem-Based Learning
Sebagai
suatu strategi pembelajaran, strategi Problem-Based
Learning memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1) Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6) Melalui
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7) Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8) Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9) Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah
harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap
yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2.5.2 Kelemahan Problem-Based Learning
Di
samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga
memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1) Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2) Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3) Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2. 6 Kriteria Pemilihan Bahan
Pelajaran untuk Problem-Based Learning
Kriteria
pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based
Learning adalah sebagai berikut.
1) Bahan
pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict
issue) bersumber dari berita, rekaman, dan video.
2) Bahan
yang dipilih bersifat familiar dengan siswa.
3) Bahan
yang dipilih yang berhubungan dengan orang banyak (universal).
4) Bahan
yang dipilih yang mendukung tujuan atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5) Bahan
yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
2.7 Tahapan Pemecahan Masalah dalam
Problem-Based Learning
Tahapan pemecahan masalah sangat bergantung pada
kompleksitas masalahnya. Untuk masalah yang kompleks karena cakupan dan
dimensinya sangat luas, maka langkah-langkah pemecahan masalah dengan
pendekatan akademik dapat dilakukan. Permasalahn yang sederhana dengan cakupan
dan dimensi yang rela sempit dan praktis dapat dipecahkan dengan
tahapan-tahapan yang sederhana dan praktis pula. Kedua jenis tahapan tersebut
adalah sebagai berikut ini.
1) Tahapan
pemecahan masalah secara akademik
Secara akademik tahapan pemecahan masalah yang
kompleks adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran
akan adanya masalah
b. Merumuskan
masalah
c. Membuat
jawaban sementara atas masalah atau hipotesis
d. Mengumpulkan
data atau fakta-fakta
e. Menganalisis
data atau fakta-fakta sebagai pengujian hipotesa
f. Membuat
kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesa
g. Membuat
alternatif pemecahan masalah
h. Menetapkan
pilihan diantara alternatif pemecahan masalah
i.
Menyusun rencana upaya pemecahan masalah
j.
Melaksanakan upaya pemecahan masalah
k. Mengevaluasi
hasil pemecahan masalah
2) Tahapan
pemecahan masalah secara praktis
Tahapan pemecahan masalah yang lebih praktis adalah
sebagai berikut:
a. Kesadaran
akan adanya masalah
b. Merumuskan
masalah
c. Mencari
alternatif pemecahan masalah
d. Menetapkan
pilihan diantara alternatif pemecahan masalah
e. Melaksanakan
pemecahan masalah
f. Evaluasi
hasil pemecahan masalah
Mencermati tahapan-tahapan pemecahan masalah baik
yang bersifat akademik maupun yang bersifat lebih praktis, ada dua langkah atau
tahapan yang ada dikedua pendekatan tersebut yaitu, perumusan masalah dan
pemilihan alternatif pemecahan masalah. Ada dua hal yang perlu yang dikemukakan
terkait dengan keterkaitan antara rumusan masalah dan penetapan pilihan
pemecahan masalah pendekatan pengambilan Keputusan sebagaimana diuraikan
berikut ini.
1) Keterkaitan
rumusan masalah dan pemecahan masalah
Ada empat kemungkinan hubungan antara rumusan
masalah dan keputusan atau solusinya yakni:
a. Kemungkinan
1: rumusan masalah benar dan pemecahan yang benar.
b. Kemungkinan
2: rumusan masalah benar tetapi pemecahannya salah.
c. Kemungkinan
3: rumusan masalah salah tetapi pemecahannya benar.
d. Kemungkinan
4: rumusan masalah salah dan pemecahannya salah.
Mencermati keempat kemungkinan hubungan antara
rumusan masalah berikut solusinya, maka dapat dipahami mengapa perumusan
masalah sangat penting dalam proses pembuatan keputusan dalam proses pemecahan
atau solusi pemecahan dan sebuah masalah.
2) Jenis-jenis
pendekatan pengambilan keputusan
Pendekatan yang digunakan dalam pengambilan Keputusan
akan mempengaruhi langkah-langkah dan informasi yang diperlukan. Ada empat
kemungkinan pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Diajeng,
2002 halaman:81-83), yaitu:
a. Keputusan
yang didasarkan pada intuisi
b. Keputusan
yang didasarkan pada pengalaman
c. Keputusan
yang didasarkan pada kekuasaan
d. Keputusan
yang didasarkan pada fakta
Dari keempat pendekatan tersebut, hanya keputusan
yang berdasarkan fakta yang merupakan keputusan bersifat akademik karena
menggunakan fakta sehingga obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan alasannya
secara obyektif. Ketiga pendekatan lainnya lebih bersifat subyektif sekalipun
dalam prosesnya dimungkinkan menggunakan fakta tadi dalam skala yang terbatas
sekali.
2.8
Sintaks pada Problem-Based Learning
Berikut ini diberikan contoh tahapan yang dapat
diterapkan dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran dengan model PBL.
Para guru dapat mengembangkan tahapan yang berbeda sesuai dengan permasalahan
yang akan didiskusikan serta kondisi kelas.
1)
Mempelajari standar isi dan standar
kompetensi siswa dan kurikulum untuk menentukan karakteristik masalah yang
sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar dan pembelajaran.
2)
Pelajar tingkat pengetahuan siswa untuk
mempertimbangkan kompleksitas persoalan yang akan dijadikan bahan belajar dan
pembelajaran.
3)
Buatlah soal atau tugas yang berisi
masalah yang harus dicarikan solusinya oleh siswa atau kelompok siswa dengan
merujuk kepada hasil analisis kurikulum dan tingkat kemampuan siswa
4)
Beri pengkondisian awal kepada siswa
sebelum diberi tugas masalah untuk dicarikan solusinya. Pengkondisian ini
meliputi:
a.
Penjelasan tentang langkah-langkah dan
pendekatan dalam pemecahan masalah
b.
Kegiatan dan hasil yang harus mereka
kerjakan berikut kriteria keberhasilannya seperti: waktu, prosedur yang harus
ditempuh, ketersediaan data dan fakta, dan ruang lingkup solusi.
5)
Kegiatan diskusi atau pelaksanaan
prosedur pemecahan masalah oleh siswa atau kelompok-kelompok siswa. Selama
kegiatan ini berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dan tutor
diantaranya dengan memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa, mengingatkan
kepada siswa tentang apa yang mereka ketahui, mengingatkan apakah tahapan sudah
benar, dan mendorong partisipasi siswa.
6)
Menutup kegiatan dengan menyelenggarakan
diskusi tentang hasil pemecahan masalah. Jika kegiatan dilakukan berdasarkan
kelompok, selenggarakan diskusi pleno dan minta setiap kelompok menyajikan
hasil kegiatannya. Minta kelompok lain untuk menanggapi dan mengajukan
pertanyaan untuk menguji hasil kegiatan pemecahan masalah dan kelompok yang
sedang menyajikan hasil kegiatannya. Dalam kegiatan ini guru berpera sebagai
moderator dan sekaligus sebagai penilai.
7)
Guru melakukan penilaian terhadap hasil
kegiatan siswa dan memberikan komentar serta pengarahan untuk ditindak lanjuti
sebagai kegiatan pengayaan bagi siswa.
Sintaks
atau langkah-langkah pada Problem-Based
Learning dapat dilihat pada tabel 1. berikut.
Fase
|
Aktivitas Guru
|
Aktivitas Siswa
|
Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah autentik
|
Guru mrnyampaikan tujuan belajar,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi menggunakan kemampuannya
memecahkan maslah.
|
Siswa mendengarkan tujuan belajar
yang disampaikan oleh guru dan mempersiapkan logistik yang diperlukan.
|
Fase 2 Mengorganisasi siswa dalam
belajar
|
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang diangkat.
|
Siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang di angkat.
|
Fase 3
Membantu siswa secara individual atau
kelompok dalam melaksanakan penelitian
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk memperoleh
jawaban yang sesuai atas masalah.
|
Siswa mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan jawaban atas masalah
yang di angkat.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, video, model-model dan
membantunya untuk menyampaikan kepada teman lain.
|
Siswa merencanakan dan menyiapkan
karya, video, dan menyampaikannya pada teman lain.
|
Fase 5
Analisis dan evaluasi proses pemecahan
masalah.
|
Guru membantu siswa melakukan
refleksi kegiatan penyelidikannya dan proses yang telah dilakukan
|
Siswa melakukan refleksi kegiatan
penyelidikannya dan proses yang dilakukan.
|
Tabel 1. Sintaks Problem-Based Learning
2.9
Evaluasi Problem-Based Learning
Seperti
yang telah disebutkan bahwa model Problem-Based
Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Dalam Problem-Based
Learning, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan
deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu,
penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan model Problem-Based Learning adalah
menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai
pekerjaan siswa tersebut, penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen
autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat
bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa
menunjukkan pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakkan problema dalam
kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman dan konteks lingkungannya,
maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif
mengembangkan kemampuannya untuk belajar (Learning
how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa
akan mudah beradaptasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Problem-Based Learning
(PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara
belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Problem-Based Learning menyiapkan siswa
untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan
menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Ciri-ciri
khusus Problem-Based Learning adalah
pengajuan pertanyaan atau masalah, terintegrasi dengan disiplin ilmu
yang lain, penyelidikan autentik, menghasilkan produk atau karya dan
memamerkannya, serta kerjasama atau kolaborasi.
Tujuan
Problem-Based Learning adalah membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, menjadikan
siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya
serta menjadi pembelajar yang mandiri, dan memberikan dorongan kepada peserta
didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi
lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
Problem-Based Learning
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa. Dalam Problem-Based
Learning, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan
deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu,
penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan model Problem-Based Learning
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan
mereka.
3.2 Saran
Problem-Based Learning merupakan
salah satu strategi yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, sebagai seorang guru kita harus kreatif dan juga inovatif, salah
satu cara agar menjadi guru yang kreatif kita perlu menguasai strategi-strategi
dalam pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran
dan siswa mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-sehari.
salam
BalasHapusmbak boleh bagi emailnya
oya boleh tahu ga daftar pustaka atau judul buku untuk sintak pbl tersebut
terima kasih
Sepantasnya daftar pustaka juga dicantumkan..
BalasHapusBagus
BalasHapus