Minggu, 02 Juni 2013

Pembelajaran Berbasis Masalah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Problem-Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Dalam penerapan Problem-Based Learning guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah , walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Problem-Based Learning diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka Problem-Based Learning merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup memecahkan masalah.
Oleh sebab itu, dengan mempelajari model Problem-Based Learning guru diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi dan mengatasi masalah yang ada pada dirinya.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Problem-Based Learning ?
2.      Apa ciri-ciri Problem-Based Learning ?
3.      Apa tujuan Problem-Based Learning ?
4.      Apa unsur-unsur yang terdapat dalam Problem-Based Learning ?
5.      Apa keunggulan dan kelemahan Problem-Based Learning ?
6.      Bagaimana kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based Learning ?
7.      Bagaimana tahapan pemecahan masalah dalam Problem-Based Learning?
8.      Bagaimana sintaks pada Problem-Based Learning ?
9.      Bagaimana evaluasi pada Problem-Based Learning ?
1.3 Tujuan
Problem-Based Learrning sangat penting dipelajari oleh guru.  Sehingga dengan mempelajari strategi ini, guru mampu membantu siswa dalam mengatasi masalah  yang dihadapinya.


BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Problem-Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran Problem-Based Learning  adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Problem-Based Learning melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Problem-Based Learning menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
 Problem-based learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatknn siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Problem-Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah ini pada awalnya dirancang untuk program bidang kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program akademik kependidikan oleh Stepein Gallager. Problem-Based Learning ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang dalam di mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran.
Model Problem-Based Learning ini telah dikenal sejak zaman Jhon Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai populer. Sebab, jika ditinjau secara umum, Problem-Based Learning terdiri atas penyajian kepada siswa, dari situasi masalah yang otentik dan bermakna, yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran berdasarkan banyaknya permasalahan yang membutuhkan pembelajaran yang autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan tersebut.
Pengertian Problem-Based Learning menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1.      Menurut Dewey, Problem-Based Learning adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
2.      Menurut Arends seperti yang dikutif oleh Ibrahim dan M. Nur menyatakan bahwa: “Problem-Based Learning adalah merupakan suatu pendekatan sekaligus model pembelajaran di mana siswa diajarkan pembelajaran yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”.
3.      Menurut Duch (1995), Problem-Based Learning adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
4.      Menurut Finkle dan Torp (1995),  Problem-Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
5.      Menurut H.S. Barrows (1982), sebagai pakar Problem-Based Learning menyatakan bahwa definisi Problem-Based Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu baru.  
6.      Menurut Suradijono (2004), Problem-Based Learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Problem-Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Problem-Based Learning menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
2.2 Ciri-Ciri Problem-Based Learning
Ciri-ciri utama Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1)      Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2)      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3)      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri-ciri khusus Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1)      Pengajuan pertanyaan atau masalah, Problem-Based Learning diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan masalah yang secara sosial dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2)      Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain, meskipun Problem-Based Learning berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam pemecahannya siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
3)       Penyelidikan autentik, Problem-Based Learning menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
4)      Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya, Problem-Based Learning menuntut siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer.
5)       Kerjasama atau kolaborasi, Problem-Based Learning mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling memberikan motivasi dalam tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

2.3 Tujuan Problem-Based Learning
Tujuan Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1)      Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
2)      Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3)      Menjadikan siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.
4)      Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
2.4 Unsur-unsur Problem-Based Learning
Problem-Based Learning mempunyai beberapa unsur-unsur yang mendasar  pada pendidikan, yaitu:
1)      Integrated Learning, pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang pelajaran. Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan aspek-aspek perkembangan anak. Anak membangun pemikiran melalui pengalaman langsung.
2)      Contextual Learning, yaitu anak belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupannya. Anak merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya.
3)      Constructivist Learning, yaitu anak membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on experience).
4)      Active Learning, yaitu anak sebagai subyek belajar yang aktif menentukan, melakukan dan mengevaluasi.
5)      Learning Interesting, yaitu bahwa pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam  menentukan masalah.
2.5 Keunggulan dan Kelemahan Problem-Based Learning
2.5.1 Keunggulan Problem-Based Learning
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi Problem-Based Learning memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1)      Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2)       Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.  
3)      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4)      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5)      Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6)      Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7)      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8)      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9)      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2.5.2 Kelemahan Problem-Based Learning
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1)      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2)      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3)      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2. 6 Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran untuk Problem-Based Learning
Kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1)      Bahan pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict issue) bersumber dari berita, rekaman, dan video.
2)      Bahan yang dipilih bersifat familiar dengan siswa.
3)      Bahan yang dipilih yang berhubungan dengan orang banyak (universal).
4)      Bahan yang dipilih yang mendukung tujuan atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5)      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.


2.7 Tahapan Pemecahan Masalah dalam Problem-Based Learning
Tahapan pemecahan masalah sangat bergantung pada kompleksitas masalahnya. Untuk masalah yang kompleks karena cakupan dan dimensinya sangat luas, maka langkah-langkah pemecahan masalah dengan pendekatan akademik dapat dilakukan. Permasalahn yang sederhana dengan cakupan dan dimensi yang rela sempit dan praktis dapat dipecahkan dengan tahapan-tahapan yang sederhana dan praktis pula. Kedua jenis tahapan tersebut adalah sebagai berikut ini.
1)      Tahapan pemecahan masalah secara akademik
Secara akademik tahapan pemecahan masalah yang kompleks adalah sebagai berikut:
a.       Kesadaran akan adanya masalah
b.      Merumuskan masalah
c.       Membuat jawaban sementara atas masalah atau hipotesis
d.      Mengumpulkan data atau fakta-fakta
e.       Menganalisis data atau fakta-fakta sebagai pengujian hipotesa
f.       Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesa
g.      Membuat alternatif pemecahan masalah
h.      Menetapkan pilihan diantara alternatif pemecahan masalah
i.        Menyusun rencana upaya pemecahan masalah
j.        Melaksanakan upaya pemecahan masalah
k.      Mengevaluasi hasil pemecahan masalah
2)      Tahapan pemecahan masalah secara praktis
Tahapan pemecahan masalah yang lebih praktis adalah sebagai berikut:
a.       Kesadaran akan adanya masalah
b.      Merumuskan masalah
c.       Mencari alternatif pemecahan masalah
d.      Menetapkan pilihan diantara alternatif pemecahan masalah
e.       Melaksanakan pemecahan masalah
f.       Evaluasi hasil pemecahan masalah
Mencermati tahapan-tahapan pemecahan masalah baik yang bersifat akademik maupun yang bersifat lebih praktis, ada dua langkah atau tahapan yang ada dikedua pendekatan tersebut yaitu, perumusan masalah dan pemilihan alternatif pemecahan masalah. Ada dua hal yang perlu yang dikemukakan terkait dengan keterkaitan antara rumusan masalah dan penetapan pilihan pemecahan masalah pendekatan pengambilan Keputusan sebagaimana diuraikan berikut ini.
1)      Keterkaitan rumusan masalah dan pemecahan masalah
Ada empat kemungkinan hubungan antara rumusan masalah dan keputusan atau solusinya yakni:
a.       Kemungkinan 1: rumusan masalah benar dan pemecahan yang benar.
b.      Kemungkinan 2: rumusan masalah benar tetapi pemecahannya salah.
c.       Kemungkinan 3: rumusan masalah salah tetapi pemecahannya benar.
d.      Kemungkinan 4: rumusan masalah salah dan pemecahannya salah.
Mencermati keempat kemungkinan hubungan antara rumusan masalah berikut solusinya, maka dapat dipahami mengapa perumusan masalah sangat penting dalam proses pembuatan keputusan dalam proses pemecahan atau solusi pemecahan dan sebuah masalah.

2)      Jenis-jenis pendekatan pengambilan keputusan
Pendekatan yang digunakan dalam pengambilan Keputusan akan mempengaruhi langkah-langkah dan informasi yang diperlukan. Ada empat kemungkinan pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Diajeng, 2002 halaman:81-83), yaitu:
a.       Keputusan yang didasarkan pada intuisi
b.      Keputusan yang didasarkan pada pengalaman
c.       Keputusan yang didasarkan pada kekuasaan
d.      Keputusan yang didasarkan pada fakta
Dari keempat pendekatan tersebut, hanya keputusan yang berdasarkan fakta yang merupakan keputusan bersifat akademik karena menggunakan fakta sehingga obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan alasannya secara obyektif. Ketiga pendekatan lainnya lebih bersifat subyektif sekalipun dalam prosesnya dimungkinkan menggunakan fakta tadi dalam skala yang terbatas sekali.
2.8 Sintaks pada Problem-Based Learning
Berikut ini diberikan contoh tahapan yang dapat diterapkan dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran dengan model PBL. Para guru dapat mengembangkan tahapan yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang akan didiskusikan serta kondisi kelas.
1)        Mempelajari standar isi dan standar kompetensi siswa dan kurikulum untuk menentukan karakteristik masalah yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan belajar dan pembelajaran.
2)        Pelajar tingkat pengetahuan siswa untuk mempertimbangkan kompleksitas persoalan yang akan dijadikan bahan belajar dan pembelajaran.
3)        Buatlah soal atau tugas yang berisi masalah yang harus dicarikan solusinya oleh siswa atau kelompok siswa dengan merujuk kepada hasil analisis kurikulum dan tingkat kemampuan siswa
4)        Beri pengkondisian awal kepada siswa sebelum diberi tugas masalah untuk dicarikan solusinya. Pengkondisian ini meliputi:
a.         Penjelasan tentang langkah-langkah dan pendekatan dalam pemecahan masalah
b.        Kegiatan dan hasil yang harus mereka kerjakan berikut kriteria keberhasilannya seperti: waktu, prosedur yang harus ditempuh, ketersediaan data dan fakta, dan ruang lingkup solusi.
5)        Kegiatan diskusi atau pelaksanaan prosedur pemecahan masalah oleh siswa atau kelompok-kelompok siswa. Selama kegiatan ini berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dan tutor diantaranya dengan memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa, mengingatkan kepada siswa tentang apa yang mereka ketahui, mengingatkan apakah tahapan sudah benar, dan mendorong partisipasi siswa.
6)        Menutup kegiatan dengan menyelenggarakan diskusi tentang hasil pemecahan masalah. Jika kegiatan dilakukan berdasarkan kelompok, selenggarakan diskusi pleno dan minta setiap kelompok menyajikan hasil kegiatannya. Minta kelompok lain untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan untuk menguji hasil kegiatan pemecahan masalah dan kelompok yang sedang menyajikan hasil kegiatannya. Dalam kegiatan ini guru berpera sebagai moderator dan sekaligus sebagai penilai.
7)        Guru melakukan penilaian terhadap hasil kegiatan siswa dan memberikan komentar serta pengarahan untuk ditindak lanjuti sebagai kegiatan pengayaan bagi siswa.
Sintaks atau langkah-langkah pada Problem-Based Learning dapat dilihat pada tabel 1. berikut.
Fase
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Fase 1
 Orientasi siswa terhadap masalah autentik

Guru mrnyampaikan tujuan belajar, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi menggunakan kemampuannya memecahkan maslah.

Siswa mendengarkan tujuan belajar yang disampaikan oleh guru dan mempersiapkan logistik yang diperlukan.
Fase 2 Mengorganisasi siswa dalam belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang diangkat.

Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang di angkat.
Fase 3
 Membantu siswa secara individual atau kelompok dalam melaksanakan penelitian

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk memperoleh jawaban yang sesuai atas masalah.

Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan jawaban atas masalah yang di angkat.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, video, model-model dan membantunya untuk menyampaikan kepada teman lain.

Siswa merencanakan dan menyiapkan karya, video, dan menyampaikannya pada teman lain.
Fase 5
 Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa melakukan refleksi kegiatan penyelidikannya dan proses yang telah dilakukan

Siswa melakukan refleksi kegiatan penyelidikannya dan proses yang dilakukan.
Tabel 1. Sintaks Problem-Based Learning
2.9 Evaluasi Problem-Based Learning
Seperti yang telah disebutkan bahwa model Problem-Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Dalam Problem-Based Learning, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model Problem-Based Learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
 Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakkan problema dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman dan konteks lingkungannya, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar (Learning how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah beradaptasi.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Problem-Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Problem-Based Learning menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Ciri-ciri khusus Problem-Based Learning adalah pengajuan pertanyaan atau masalah, terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain, penyelidikan autentik, menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya, serta kerjasama atau kolaborasi.
Tujuan Problem-Based Learning adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, menjadikan siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri, dan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
Problem-Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Dalam Problem-Based Learning, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model Problem-Based Learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
3.2 Saran
Problem-Based Learning merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai seorang guru kita harus kreatif dan juga inovatif, salah satu cara agar menjadi guru yang kreatif kita perlu menguasai strategi-strategi dalam pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran dan siswa mampu mengaplikasikan ilmunya  dalam kehidupan sehari-sehari.







3 komentar:

  1. salam
    mbak boleh bagi emailnya
    oya boleh tahu ga daftar pustaka atau judul buku untuk sintak pbl tersebut
    terima kasih

    BalasHapus
  2. Sepantasnya daftar pustaka juga dicantumkan..

    BalasHapus