BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh
individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan
kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik
atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi yang sesuai dengan
cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat
ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Salah satu cara untuk mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik adalah dengan menggunakan teori-teori pembelajaran
yang mampu meningkatkan potensi peserta didik. Misalnya adalah teori disiplin
mental dan teori kecerdasan ganda. Karena teori-teori ini dapat dijadikan acuan
untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Oleh karena itu, sebagai
calon guru yang profesional perlu mempelajari tentang teori-teori belajar dan
pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan lebih
memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam
membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Disiplin Mental
2.1.1 Pengertian Teori Disiplin Mental
Teori belajar disiplin mental
berkembang sebelum abad ke-20. Teori ini tanpa dilandasi eksperimen dan hanya
berdasar pada filosof atau spekulatif. Walaupun berkembang sebelum abad ke-20,
namun teori disiplin mental sampai sekarang masih ada pengaruhnya, terutama
dalam pelaksanaan pengajaran disekolah-sekolah. Teori ini menganggap bahwa
secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu.
Belajar adalah pengalaman dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi
tersebut.
Teori
belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-mula memberikan
definisi tentang belajar yang disusun oleh filsuf Yunani bernama Plato.
Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan pikiran dan jiwa
yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah ide murni
yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari ide yang ada
sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebagai pengembangan oleh fikiran yang
bersifat keturunan. Kepercayaan ini kemudian dikenal sebagai konsep “Disiplin
Mental” (Bell Gredler, 1994:21)
Dalam
teori disiplin mental individu memiliki kekuatan, kemampuan atau
potensi-potensi tertentu. Menurut Jean Jacques Rosseon, anak memiliki
potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi
kesempatan untuk mengembangkan atau mengaktualkan potensi tersebut.
Menurut
psikologi atau Faculty Psychology individu memiliki sejumlah daya-daya seperti
daya mengenal, mengingat, menganggap, mengkhayal, berfikir dan sebagainya. Daya
itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan, kala anak dilatih
banyak mengulang-ulang, menghapal sesuatu maka ia akan ingat terus akan hal
itu.
Menurut
rumpuan teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter, anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Ada beberapa teori yang termasuk
rumpun disiplin mental sebagai berikut:
1. Teori disiplin mental Theistic,
berasal dari psikologi daya seperti mengamati, menganggap, mengingat, berfikir,
memecahkan masalah dan sebagainya.
2. Teori disiplin mental Humanistik,
lebih mementingkan keseluruhan – keutuhan.
3. Teori disiplin mental Naturalisme,
teori ini mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat atau melaksanakan
tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan belajar
sendiri.
4. Teori disiplin mental Apresiasi,
teori ini membantu anak untuk mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu dan
menguasai pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya, semakin tinggi pula
masa apresiasinya.
2.1.2 Tujuan Teori Disiplin Mental
a. Siswa dapat menguasai materi
pembelajaran secara bertahap dan terus menerus.
b. Siswa mampu mengikuti pembelajaran
secara maksimal.
2.1.3 Asumsi Dasar Teori Disiplin Mental
Teori
belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan model
pembelajaran untuk diterapkan bagi siswa. Model pembelajaran yang dimaksud
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang menggunakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.
Dalam
kalangan anak-anak, baik di lingkungan keluarga ataupun di sekolah, hampir
semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara disiplin, seperti
pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap suatu
keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, disiplin mengendalikan diri, bekerja
keras dengan disiplin tetap, serta adanya arahan-arahan motivasi dari pihak
lain. Semua itu jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki
kemampuan unggul di bidang yang dikerjakannya atau dilatihnya secara disiplin tadi.
Memang, pada asalnya disiplin dilakukan oleh adanya aturan-aturan eksternal,
namun secara tidak langsung, jika hal itu dilakukan secara terus menerus dalam
waktu yang lama, akan menghasilkan perilaku disiplin internal.
Suatu
pekerjaan jika dikerjakan secara terus menerus dengan frekuensi yang
relatif tetap, akan menjadikan seseorang terbiasa dengan pekerjaannya
itu. Disiplin juga tidak hanya untuk hal-hal yang bersifat praktis, namun
juga dapat bersifat mental. Sebagai contohnya, dengan telah melakukan hafalan
secara disiplin terhadap perkalian angka 1 x 1, sampai dengan perkalian 10 x
10, maka kita sekarang tidak perlu berpikir lagi jika ditanya, 6 x 7, 8 x 9,
atau 7 x 7. Kita bisa langsung menjawab hasilnya dengan benar. Itu semua akibat
dari hasil belajar melalui pola disiplin mental ketika kita di SD dulu.
Disiplin mental dikenal juga dengan disiplin formal.
2.1.4 Implementasi Melalui Ilustrasi dan Simulasi dalam
Pembelajaran
Implementasi
teori disiplin mental dalam pembelajaran, khususnya dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial dilaksanakan dengan cara merancang materi-materi pembelajaran secara bertahap, kemudian memberikan
materi-materi kepada anak dan memberikan evaluasi berbasis disiplin mental.
Disiplin
mental yang sebenarnya disebut juga dengan disiplin formal yang selalu tampak
dalam hampir
semua aspek pembelajaran manusia. Artinya, ketika manusia melakukan belajar, ia
selalu mengalami pelatihan seara disiplin, baik internal maupun eksternal.
Contoh dalam tataran praktis keseharian. Olahragawan terkemuka biasanya hasil dari latihan yang disiplin. Tidak ada
orang yang tiba-tiba menjadi ahli dalam bidang tertentu. Ilmuwan terkemuka juga
merupakan hasil kerja belajar secara disiplin. Tidak ada orang yang tiba-tiba
menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Penerapan
secara nyata dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan disiplin
mental dalam setiap mata pelajaran (misalnya pembelajaran tingkat SMP) sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Ekonomi, guru memberikan materi pembelajaran
tentang sistem perilaku ekonomi dan kesejahteraan dengan memberikan pengertian tentang sistem
berekonomi, ketergantungan, sosialisasi dan pemberian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, dan
pengelolaan keuangan perusahaan. Materi-materi tersebut dapat disampaikan siswa dengan menerangkan
atau menggunakan
buku dan diakhir pembelajaran siswa mengerjakan LKS sebagai tes hasil
evaluasi.
2. Pembelajaran Sejarah, guru dapat menggunakan gambar dan
media lain dengan memberikan materi tentang dasar-dasar ilmusejarah, fakta,
peristiwa dan proses sejarah. Siswa diakhir pembelajaran diminta untuk
menerangkan kembali tentang pembelajaran tersebut agar lebih memperdalam
materi pembelajaran bagi siswa lainnya.
3. Pembelajaran Geografi Guru dapat
menggunakan peta dan diskusi tentang materi sistem informasi geografi,
interaksi gejala fisik dan sosial, struktur internal suatu
tempat, interaksi keruangan dan persepsi
lingkungan dan kewilayahan. Guru dapat memberikan tugas dengan mempelajari
materi lain untuk memperdalam materi.
4. Pembelajaran PKn, guru dapat mengunakan strategi
belajar kelompok, untuk membahas tentang persatuan bangsa, nilai dan norma, hak asasi mausia, kebutuhan
hidup, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, Pancasila dakonstitusi
negara serta globalisasi. Guru kemudian dapat bertanya kepada siswa satu
persatu untuk menjawab pertanyaan dari guru untuk mengukur kedalaman
pemahaman materi.
Teori
disiplin mental juga dapat dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran dengan
strategi ekspositori. Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan yang
terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran.
Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada
bahan pengajaran harus dijelaskan kepada siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
172)
Guru dapat mengembangkan potensi siswa yaitu dengan
cara :
1. Guru
harus kreatif (potensi siswa diasah dan dilatih), hal ini ada dalam teori daya
(teori yang masih serumpun dengan teori belajar disiplin mental).
2. Yakin
bahwa semua individu memiliki potensi, bakat, dan lain-lain (teori netivisme).
3. Jika guru tidak mampu mengembangkan potensi
siswa yang khusus, maka guru harus mendekati potensi siswa yang umum. Contohnya,
guru harus memberikan rasa aman kepada siswanya, dalam artian guru tidak boleh
mempermalukan siswanya di depan kelas.
Teori
disiplin mental apabila diimplementasikan dampak positifnya menjadikan siswa
semakin hari semakin meningkat kemampuannya dalam menguasai materi dan
ketrampilan. Siswa menjadi disiplin untuk mempelajari materi pembelajaran
setahap demi setahap, dan semakin lama akan semakin banyak. Dampak negatif
dari penerapan disiplin mental apabila dilaksanakan secara dominan dan tidak
memperhatikan faktor-faktor psikologi akan membuat siswa menjadi tegang, dan proses
belajar mengajar tidak bervariatif. Segi kognitif siswa yang
kadang-kadang tidak cocok dengan metode pembelajaran berbasis disiplin mental
menjadi terbebani dengan pembelajaran tersebut.
2.2.Teori Kecerdasan Ganda
2.2.1 Pengertian Teori Kecerdasan Ganda
Istilah
kecerdasan atau inteligensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai
pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang
kecerdasan pun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu
melakukan penelitian tentang otak manusia.
Seorang
filsuf, Prof. Robert Ornstein dari Universitas California, meneliti tentang
potensi otak dan sifat-sifat fisiknya. Ia menemukan bahwa otak manusia memiliki
kemampuan yang jauh lebih besar dari pada yang kita bayangkan. Otak manusia
terdiri dari dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Belahan kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental yang mencakup matematika,
bahasa, logika, analisis, menulis dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. sedangkan otak sebelah kanan
menangani aktivitas-aktivitas yang mencakup imajinasi, warna, musik, irama/ritme, melamun
dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis.
Sementara
itu, Prof. Howard Garner, seorang ahli psikologi kognitif dari universitas
Harvard, meneliti tentang kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh
dianggap tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan manusia tidak dapat diukur secara
mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur
kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya, ia
menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu
kecerdasan. Ia menyebutnya dengan kecerdasan ganda atau Multiple Intelligences. yang dimaksud dengan inteligensi ganda
adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang
bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika
dihadapkan pada satu masalah, ia memliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan
masalah yang berbeda sesuai dengan
konteksnya. Sama
seperti Ornstei, Gardner menyebutkan bahwa intelegensi seseorang terdiri dari
intelegensi bahasa/linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, musikal dan naturalis. Perbedaan pendapat
antara Ornstein dan Gardner adalah Garnerd tidak memisahkan letak jenis-jenis
intelegensi di belahan otak. ia lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis
intelegensi tersebut harus dikembangkan secara berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh
kemampuannya secara maksimal. .
Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses
belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang
berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari
pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
2.2.2 Jenis-Jenis Kecerdasan
Ada
delapan jenis inteligensi yang dikemukakan oleh Howard, yaitu:
1. Inteligensi Bahasa (Linguistik)
Inteligensi
bahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir dengan kata-kata, seperti
kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat lisan maupun tertulis.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan dalam inteligensi bahasa.
a. Senang membaca buku atau apa saja,
bercerita atau mendongeng;
b. Senang berkomunikasi, berbicara,
berdialog, berdiskusi, dan senang berbahasa asing;
c. Pandai menghubungkan atau merangkai
kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tulisan;
d. Pandai menafsirkan kata-kata atau
paragraf baik secara lisan maupun tulisan
e. Pandai mengingat dan menghafal
f. Humoris.
2. Inteligensi Logis-Metematis
Inteligensi
logis metematis adalah kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung,
seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis. Berikut
ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
logis-matematis.
a. Senang bereksprimen, bertanya, menyusun atau
merangkai teka-teki;
b. Senang berhitung dan bermain angka;
c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario;
d. Mampu berpikir logis baik induktif
maupun deduktif;
e. Senang silogisme;
f. Senang berpikir abstraksi dan
simbolisme;
3. Inteligensi Visual Spasial
Inteligensi
visual spasial, yaitu kemampuan berpikir dalam citra dan gambar. seperti
kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. Berikut ini karakteristik
individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual spasial:
a. Senang merancang sketsa, gambar,
desain grafis, tabel;
b. Peka terhadap citra, warna dan sebagainya;
c. Pandai memvisualisasikan ide;
d. Imajinasinya aktif;
e. Mudah menemukan jalan dalam ruang;
f. Mempunyai persepsi yang tepat dari
berbagai sudut;
g. Mengenal relasi benda-benda dalam
ruang.
4. Inteligensi Musikal
Inteligensi
musikal adalah kemampuan berpikir dengan
nada, irama, dan melodi juga pada suara alam. Berikut ini karakteristik
individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal.
a. Pandai mengubah atau mencipta musik;
b. Senang dan pandai bernyanyi;
c. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme;
d. Mudah menangkap musik;
e. Peka terhadap suara dan musik.
5. Inteligensi Kinestik Tubuh
Inteligensi
kinestik tubuh, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk
gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk
mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Berikut ini karakteristik
individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestik tubuh.
a. Senang menari, akting;
b. Pandai dan aktif dalam olah raga
tertentu;
c. Mudah bereksperesi dengan tubuh;
d. Mampu memainkan mimik;
e. Koordinasi dan fleksibelitas tubuh
tinggi;
f. Senang dan efektif berpikir sambil
berjalan, berlari dan berolah raga;
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu
produk;
h. Senang bergerak atau tidak bisa diam
dalam waktu yang lama;
i.
Senang kegiatan di luar rumah.
6. Inteligensi Intrapersonal
Inteligensi
intrapersonal adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri, melakukan
refleksi diri dan bermetakognisi. Berikut ini karakteristik individu yang
menunjukkan kemampuan dalam intelegensi intrapersonal.
a. Mampu menilai diri sendiri/introspeksi diri, dan bermeditasi;
b. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun
cita-cita dan rencana hidup yang jelas;
c. Berjiwa independen/bebas;
d. Mudah berkonsentrasi;
e. Keseimbangan diri;
f. Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang
berbeda;
g. Sadar akan realitas spiritual.
7. Inteligensi Interpersonal (sosial)
Inteligensi
interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
intelegensi interpersonal.
a. Mampu berorganisasi, menjadi
pemimpin dalam suatu organisasi;
b. Mampu bersosialisai, menjadi
mediator, bermain dalam kelompok/klub, bekerjasama dalam tim;
c. Senang permainan berkelompok
daripada individual;
d. Biasanya menjadi tempat mengadu
orang lain;
e. Senang berkomunikasi verbal dan
nonverbal;
f. Peka terhadap teman;
g. Suka member feedback;
h. Mudah mengenal dan membedakan
perasaan dan pribadi orang lain.
8. Inteligensi Naturalis
Inteligensi
naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis.
a. Senang terhadap flora dan fauna,
berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan binatang, berburu;
b. Pandai melihat perubahan alam,
meramal cuaca, meneliti tanaman;
c. Senang kegiatan di alam terbuka.
2.2.3 Kegiatan untuk Meningkatkan
Kecerdasan Ganda
Sejumlah
cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan
individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan
yang spesifik,
yaitu:
1. Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukan dengan cara mengadakan
permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis
tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan
sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
2. Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah
berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual
lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan
logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
3. Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara
berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala,
pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki
silang/asah otak lainnya.
4. Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser
atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang
memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu
untuk mendengarkan gaya musik yang tidak akrab (western, jazz, country, world
music ,dll).
5. Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai
bergabung dan berlatih bersama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah
kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam
tekstur dan bentuknya khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan
mata tertutup.
6. Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan
interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak
bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin
hubungan dengan mereka, luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan
mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat,
bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang
berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan
artikel tentang pantai).
7. Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan
mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang
membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan
diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit
setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan
dan gagasan yang dialami.
8. Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis
antara lain peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat
acara-acara mengenai program flora dan fauna.
2.2.4 Faktor – Faktor Penting dalam
Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi
teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
a. Orang tua murid
b. Guru
c. Kurikulum dan fasilitas
d. Sistem penilaian
Komponen
masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil.
Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memberikan sedikit
kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin
dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru
memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Kemampuan guru dalam mengenali
kecerdasan individu siswa.
b. Kemampuan mengajar dan memanfaatkan
waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah
bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah
mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah-langkah
berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Amstrong (2004) mengemukakan
proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori
kecerdasan ganda yaitu :
·
30 % pembelajaran langsung
·
30 % belajar kooperatif
·
30% belajar independent
Implementasi
teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih
berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori
kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan
mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus
mampu mengajarkannya sehingga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki
kecerdasan musikal.
Sekolah
yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas
pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh
guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik. Fasilitas dapat berbentuk media
pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan spesifik.
Sistem
penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
berbeda dengan sistem penilaian yang digunakan pada sekolah konvensional.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa
semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada
input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan
(progress) yang diperlihatkan
oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian
yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem
penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui
oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori belajar disiplin mental lebih
menekankan pada keterlibatan psikis, sedangkan fisik tidak terlalu berpengaruh.
Dalam teori belajar, disiplin mental diartikan sebagai pengembangan dari
kekuatan, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki setiap individu. Teori
ini menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan
atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan,
kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
Teori
kecerdasan ganda akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan
individu. Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat
diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan
nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok
yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
3.2
Saran
Seorang guru haruslah mempunyai kreatifitas dalam
melaksanakan proses belajar dan mengajar, karena kekreatifitasan guru dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Kekreatifitasan guru dapat juga
dengan menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi. Teori belajar
disiplin mental dan kecerdasan ganda dapat dijadikan acuan dalam memahami bakat
dan kecerdasan siswa, sehingga tujuan dari belajar dapat tercapai. Oleh karena
itu, sebagai calon guru marilah kita bersama-sama membimbing generasi penerus
bangsa menjadi manusia dewasa yang mampu bertanggung jawab, jujur, cerdas
sehingga mutu pendidikan Indonesia dapat meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar