Minggu, 02 Juni 2013

Teori Disiplin Mental dan Teori Kecerdasan Ganda


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi yang sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Salah satu cara untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik adalah dengan menggunakan teori-teori pembelajaran yang mampu meningkatkan potensi peserta didik. Misalnya adalah teori disiplin mental dan teori kecerdasan ganda. Karena teori-teori ini dapat dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Oleh karena itu, sebagai calon guru yang profesional perlu mempelajari tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

1.2 Tujuan    
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.





BAB  II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Disiplin Mental

2.1.1 Pengertian Teori Disiplin Mental
Teori belajar disiplin mental berkembang sebelum abad ke-20. Teori ini tanpa dilandasi eksperimen dan hanya berdasar pada filosof atau spekulatif. Walaupun berkembang sebelum abad ke-20, namun teori disiplin mental sampai sekarang masih ada pengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran disekolah-sekolah. Teori ini menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengalaman dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
Teori belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-mula memberikan definisi tentang belajar yang disusun oleh filsuf Yunani bernama Plato. Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari ide yang ada sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebagai pengembangan oleh fikiran yang bersifat keturunan. Kepercayaan ini kemudian dikenal sebagai konsep “Disiplin Mental” (Bell Gredler, 1994:21)
Dalam teori disiplin mental individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Menurut Jean Jacques Rosseon, anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan atau mengaktualkan potensi tersebut.
Menurut psikologi atau Faculty Psychology individu memiliki sejumlah daya-daya seperti daya mengenal, mengingat, menganggap, mengkhayal, berfikir dan sebagainya. Daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan, kala anak dilatih banyak mengulang-ulang, menghapal sesuatu maka ia akan ingat terus akan hal itu.
Menurut rumpuan teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter, anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental sebagai berikut:
1.      Teori disiplin mental Theistic, berasal dari psikologi daya seperti mengamati, menganggap, mengingat, berfikir, memecahkan masalah dan sebagainya.
2.      Teori disiplin mental Humanistik, lebih mementingkan keseluruhan – keutuhan.
3.      Teori disiplin mental Naturalisme, teori ini mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat atau melaksanakan tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan belajar sendiri.
4.      Teori disiplin mental Apresiasi, teori ini membantu anak untuk mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu dan menguasai pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya, semakin tinggi pula masa apresiasinya.

2.1.2 Tujuan Teori Disiplin Mental
       a. Siswa dapat  menguasai materi pembelajaran secara bertahap dan terus menerus.
       b. Siswa mampu mengikuti pembelajaran secara maksimal.

2.1.3 Asumsi Dasar Teori Disiplin Mental
Teori belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan model pembelajaran untuk diterapkan bagi siswa. Model pembelajaran yang dimaksud adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang menggunakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.
Dalam kalangan anak-anak, baik di lingkungan keluarga ataupun di sekolah, hampir semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara disiplin, seperti pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap suatu keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, disiplin mengendalikan diri, bekerja keras dengan disiplin tetap, serta adanya arahan-arahan motivasi dari pihak lain. Semua itu jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan unggul di bidang yang dikerjakannya atau dilatihnya secara disiplin tadi. Memang, pada asalnya disiplin dilakukan oleh adanya aturan-aturan eksternal, namun secara tidak langsung, jika hal itu dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama, akan menghasilkan perilaku disiplin internal.
Suatu pekerjaan jika dikerjakan secara terus  menerus dengan frekuensi yang relatif tetap, akan menjadikan seseorang terbiasa dengan pekerjaannya itu.  Disiplin juga tidak hanya untuk hal-hal yang bersifat praktis, namun juga dapat bersifat mental. Sebagai contohnya, dengan telah melakukan hafalan secara disiplin terhadap perkalian angka 1 x 1, sampai dengan perkalian 10 x 10, maka kita sekarang tidak perlu berpikir lagi jika ditanya, 6 x 7, 8 x 9, atau 7 x 7. Kita bisa langsung menjawab hasilnya dengan benar. Itu semua akibat dari hasil belajar melalui pola disiplin mental ketika kita di SD dulu. Disiplin mental dikenal juga dengan disiplin formal.

2.1.4 Implementasi Melalui Ilustrasi dan Simulasi dalam Pembelajaran
Implementasi teori disiplin mental dalam pembelajaran, khususnya dalam Ilmu Pengetahuan Sosial dilaksanakan dengan cara merancang materi-materi pembelajaran secara bertahap, kemudian memberikan materi-materi kepada anak dan memberikan evaluasi berbasis disiplin mental.
Disiplin mental yang sebenarnya disebut juga dengan disiplin formal yang selalu tampak dalam hampir semua aspek pembelajaran manusia. Artinya, ketika manusia melakukan belajar, ia selalu mengalami pelatihan seara disiplin, baik internal maupun eksternal. Contoh dalam tataran praktis keseharian. Olahragawan terkemuka biasanya hasil dari latihan yang disiplin. Tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi ahli dalam bidang tertentu. Ilmuwan terkemuka juga merupakan hasil kerja belajar secara disiplin. Tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Penerapan secara nyata dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan disiplin mental dalam setiap mata pelajaran (misalnya pembelajaran tingkat SMP) sebagai berikut:
1.      Pembelajaran Ekonomi,  guru memberikan materi pembelajaran tentang sistem perilaku ekonomi dan kesejahteraan dengan memberikan pengertian tentang sistem berekonomi, ketergantungan, sosialisasi dan pemberian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, dan pengelolaan keuangan perusahaan. Materi-materi tersebut dapat disampaikan siswa dengan menerangkan atau menggunakan buku dan diakhir pembelajaran siswa mengerjakan LKS sebagai tes hasil evaluasi.
2.      Pembelajaran Sejarah, guru dapat menggunakan gambar dan media lain dengan memberikan materi tentang dasar-dasar ilmusejarah, fakta, peristiwa dan proses sejarah. Siswa diakhir pembelajaran diminta untuk menerangkan kembali tentang pembelajaran tersebut agar lebih memperdalam materi pembelajaran bagi siswa lainnya.
3.      Pembelajaran Geografi Guru dapat menggunakan peta dan diskusi tentang materi sistem informasi geografi, interaksi gejala fisik dan sosial, struktur internal suatu tempat, interaksi keruangan dan persepsi lingkungan dan kewilayahan. Guru dapat memberikan tugas dengan mempelajari materi lain untuk memperdalam materi.
4.      Pembelajaran PKn, guru dapat mengunakan strategi belajar kelompok, untuk membahas tentang persatuan bangsa, nilai dan norma, hak asasi mausia, kebutuhan hidup, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, Pancasila dakonstitusi negara serta globalisasi. Guru kemudian dapat bertanya kepada siswa satu persatu untuk menjawab pertanyaan dari guru untuk mengukur kedalaman pemahaman materi.
Teori disiplin mental juga dapat dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran dengan strategi ekspositori. Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan pengajaran harus dijelaskan kepada siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 172)
Guru dapat mengembangkan potensi siswa yaitu dengan cara :
1.      Guru harus kreatif (potensi siswa diasah dan dilatih), hal ini ada dalam teori daya (teori yang masih serumpun dengan teori belajar disiplin mental).
2.      Yakin bahwa semua individu memiliki potensi, bakat, dan lain-lain (teori netivisme).
3.       Jika guru tidak mampu mengembangkan potensi siswa yang khusus, maka guru harus mendekati potensi siswa yang umum. Contohnya, guru harus memberikan rasa aman kepada siswanya, dalam artian guru tidak boleh mempermalukan siswanya di depan kelas.
Teori disiplin mental apabila diimplementasikan dampak positifnya menjadikan siswa semakin hari semakin meningkat kemampuannya dalam menguasai materi dan ketrampilan. Siswa menjadi disiplin untuk mempelajari materi pembelajaran setahap demi setahap, dan semakin lama akan semakin banyak. Dampak negatif dari penerapan disiplin mental apabila dilaksanakan secara dominan dan tidak memperhatikan faktor-faktor psikologi akan membuat siswa menjadi tegang, dan proses belajar mengajar tidak bervariatif. Segi kognitif siswa yang kadang-kadang tidak cocok dengan metode pembelajaran berbasis disiplin mental menjadi terbebani dengan pembelajaran tersebut.

2.2.Teori Kecerdasan Ganda

2.2.1 Pengertian Teori Kecerdasan Ganda
            Istilah kecerdasan atau inteligensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang kecerdasan pun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian tentang otak manusia.
            Seorang filsuf, Prof. Robert Ornstein dari Universitas California, meneliti tentang potensi otak dan sifat-sifat fisiknya. Ia menemukan bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih besar dari pada yang kita bayangkan. Otak manusia terdiri dari dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental yang mencakup matematika, bahasa, logika, analisis, menulis dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. sedangkan otak sebelah kanan menangani aktivitas-aktivitas yang mencakup imajinasi, warna, musik, irama/ritme, melamun dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis.
            Sementara itu, Prof. Howard Garner, seorang ahli psikologi kognitif dari universitas Harvard, meneliti tentang kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan manusia tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya, ia menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan kecerdasan ganda atau Multiple Intelligences. yang dimaksud dengan inteligensi ganda adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Sama seperti Ornstei, Gardner menyebutkan bahwa intelegensi seseorang terdiri dari intelegensi bahasa/linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, musikal dan naturalis. Perbedaan pendapat antara Ornstein dan Gardner adalah Garnerd tidak memisahkan letak jenis-jenis intelegensi di belahan otak. ia lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis intelegensi tersebut harus dikembangkan secara berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh kemampuannya secara maksimal. .
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.

2.2.2 Jenis-Jenis Kecerdasan
Ada delapan jenis inteligensi yang dikemukakan oleh Howard, yaitu:
1.      Inteligensi Bahasa (Linguistik)
Inteligensi bahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat lisan maupun tertulis. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan dalam inteligensi bahasa.
a.       Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng;
b.      Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbahasa asing;
c.       Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tulisan;
d.      Pandai menafsirkan kata-kata atau paragraf baik secara lisan maupun tulisan
e.       Pandai mengingat dan menghafal
f.       Humoris.
2.      Inteligensi Logis-Metematis
Inteligensi logis metematis adalah kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi logis-matematis.
a.       Senang bereksprimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki;
b.      Senang berhitung dan bermain angka;
c.       Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario;
d.      Mampu berpikir logis baik induktif maupun deduktif;
e.       Senang silogisme;
f.       Senang berpikir abstraksi dan simbolisme;
3.      Inteligensi Visual Spasial
Inteligensi visual spasial, yaitu kemampuan berpikir dalam citra dan gambar. seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual spasial:
a.       Senang merancang sketsa, gambar, desain grafis,  tabel;
b.      Peka terhadap citra, warna dan sebagainya;
c.       Pandai memvisualisasikan ide;
d.      Imajinasinya aktif;
e.       Mudah menemukan jalan dalam ruang;
f.       Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut;
g.      Mengenal relasi benda-benda dalam ruang.
4.      Inteligensi Musikal
Inteligensi musikal adalah kemampuan berpikir dengan nada, irama, dan melodi juga pada suara alam. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal.
a.       Pandai mengubah atau mencipta musik;
b.      Senang dan pandai bernyanyi;
c.       Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme;
d.      Mudah menangkap musik;
e.       Peka terhadap suara dan musik.
5.      Inteligensi Kinestik Tubuh
Inteligensi kinestik tubuh, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestik tubuh.
a.       Senang menari, akting;
b.      Pandai dan aktif dalam olah raga tertentu;
c.       Mudah bereksperesi dengan tubuh;
d.      Mampu memainkan mimik;
e.       Koordinasi dan fleksibelitas tubuh tinggi;
f.       Senang dan efektif berpikir sambil berjalan, berlari dan berolah raga;
g.      Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk;
h.      Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama;
i.        Senang kegiatan di luar rumah.
6.      Inteligensi Intrapersonal
Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi intrapersonal.
a.       Mampu menilai diri sendiri/introspeksi diri, dan bermeditasi;
b.      Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup yang jelas;
c.       Berjiwa independen/bebas;
d.      Mudah berkonsentrasi;
e.       Keseimbangan diri;
f.       Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda;
g.      Sadar akan realitas spiritual.
7.      Inteligensi Interpersonal (sosial)
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi interpersonal.
a.       Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi;
b.      Mampu bersosialisai, menjadi mediator, bermain dalam kelompok/klub, bekerjasama dalam tim;
c.       Senang permainan berkelompok daripada individual;
d.      Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain;
e.       Senang berkomunikasi verbal dan nonverbal;
f.       Peka terhadap teman;
g.      Suka member feedback;
h.      Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.
8.      Inteligensi Naturalis
Inteligensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis.
a.       Senang terhadap flora dan fauna, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan binatang, berburu;
b.      Pandai melihat perubahan alam, meramal cuaca, meneliti tanaman;
c.       Senang kegiatan di alam terbuka.

2.2.3 Kegiatan untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda
Sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis  kecerdasan yang spesifik, yaitu:
1.      Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukan dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
2.      Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu  seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
3.      Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala, pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
4.      Kecerdasan musikal dapat dilatih  dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
5.      Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih bersama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai  macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah  kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
6.      Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka, luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat, bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
7.      Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
8.      Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain  peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program flora dan fauna.

2.2.4 Faktor – Faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
a.       Orang tua murid
b.      Guru
c.       Kurikulum dan fasilitas
d.      Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.       Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa.
b.      Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka  langkah-langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Amstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
·         30 % pembelajaran langsung
·         30 % belajar kooperatif
·         30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan  instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehingga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik. Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan  pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunakan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress)  yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Teori belajar disiplin mental lebih menekankan pada keterlibatan psikis, sedangkan fisik tidak terlalu berpengaruh. Dalam teori belajar, disiplin mental diartikan sebagai pengembangan dari kekuatan, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki setiap individu. Teori ini menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
            Teori kecerdasan ganda akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.

3.2 Saran
Seorang guru haruslah mempunyai kreatifitas dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar, karena kekreatifitasan guru dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Kekreatifitasan guru dapat juga dengan menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi. Teori belajar disiplin mental dan kecerdasan ganda dapat dijadikan acuan dalam memahami bakat dan kecerdasan siswa, sehingga tujuan dari belajar dapat tercapai. Oleh karena itu, sebagai calon guru marilah kita bersama-sama membimbing generasi penerus bangsa menjadi manusia dewasa yang mampu bertanggung jawab, jujur, cerdas sehingga mutu pendidikan Indonesia dapat meningkat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar